RAMNews.id – Banjir yang terjadi di Kabupaten Bungo, Jambi, sejak hari Sabtu (1/1/2022), disebut belum menimbulkan masalah kesehatan warga. Dinas Kesehatan Bungo, belum menerima keluhan dari warga yang bertahan di tengah bencana tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Bungo, Safaruddin Matondang mengatakan penyakit kulit, malaria, dan sebagainya akibat bencana banjir tidak ditemukan sampai hari ini. Anak-anak pun terpantau dalam keadaan sehat.
“Yang jelas, sampai saat ini belum ada keluhan seperti itu,” ujarnya. selasa, (4/1/2022).
Ia pun mengatakan pihak puskesmas di 14 kecamatan yang kena banjir selalu siap siaga. Juga berkoordinasi dengan BPBD Bungo, Basarnas Jambi, dan lainnya.
“Sebenarnya puskesmas aktif semua. Bedanya, saat banjir tenaga medis juga aktif di posko. Saat ini belum. Yang jelas kita tetap melanjutkan pemantauan. Kalau ada Kita obati di UGD masing-masing,” katanya.
Dinas Kesehatan Bungo, kata Safaruddin, tidak kekurangan tenaga medis. Sehingga belum memerlukan bantuan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jambi.
“Biasanya kalau kurang ada bantuan, tapi untuk saat ini masih bisa,” ujarnya.
Sedangkan banjir yang terjadi di Bungo mengalami penyusutan. Tercatat 15.867 orang dengan 3.582 KK yang masih merasakan dampak bencana itu, sesuai data yang dirilis BPBD Bungo pada pukul 09.00 WIB.
Dari 14 kecamatan yang sebelumnya terendam, tersisa 5 kecamatan yang masih mengalami bencana itu, yakni Pelepat Ilir, Bathin II Bebeko, Bungo Dani, Pasar Muara Bungo, dan Bathin III.
Hanya di Pelepat Ilir yang ketinggian airnya mencapai sekitar 150 centimeter, dengan warga yang terdampak sebanyak berkisar 843 orang. di 4 kecamatan lainnya, ketinggian airnya dari 10 hingga 100 centimeter.
“Mengalami penurunan signifikan dibandingkan kemarin. Debit air sudah mengalami penurunan, paling tinggi sekitar 100 hingga 120 centimeter,” kata Kepala BPBD Bungo, Tobroni.
Ia menyampaikan ada 2 tenda besar yang disiapkan untuk para pengungsi. Ada pula beberapa posko penjagaan masyarakat yang bertahan di rumahnya.
“Yang mengungsi di sana tidak banyak. Sebagian besar tidak mau dievakuasi, karena tidak mau rumahnya ditinggalkan,” tutupnya. (Juan)
Discussion about this post